Berkaitan dengan teori Pendekatan Perwujudan Diri Sendiri, dengan empat ciri utama, yaitu:
- Proses terpusat pada pelajar
Pelajar diberikan kesempatan untuk menemukan apa yang dimiliki dirinya sendiri sehingga pelajar dapat mengembangkan kemampuan diri sendiri. Pengajar memberikan kesempatan pelajar untuk melibatkan diri dalam proses belajar mengajar. Pengajar mendengarkan pendapat, hasil kerja pelajar serta tidak mendominasi pemikiran-pemikiran pelajar saat melaksanakan metode pembelajaran online dan menerima apapun yang kami kemukaan asal sesuai dengan norma-norma yang ada.
- Belajar sesama teman dalam kelompok
Proses perwujudan diri sendiri, dimulai dengan mengadakan hubungan saling mempercayai antara pengajar dan pelajar. Pengajar menjadikan teman, setaraf dengan menciptakan suasana saling menerima dalam melaksanakan pengalaman belajar. Dan pengajar membantu pelajar untuk memainkan perannya sebagai mahasiswa dalam mencapai tujuan operasional.
- Membantu timbulnya konsep diri yang positif
Dosen memberikan perubahan melalui perubahan atas kesadaran dari dalam diri kami sendiri, tidak mencari dan menunggu pengarahan dari luar. Hal ini dapat menimbulkan kepercayaan diri atas kemampuan yang dimiliki. Metode pembelajaran online ini memberikan stimulant untuk mendorong proses pembelajaran mandiri dan mengembangankan perubahan dari dalam diri individu itu sendiri. Menyediakan metode penilaian yang objektif untuk masing-masing individu dalam pengerjaaan kelompok.
- Daya khayal yang berdaya cipta
Melalui pembelajaran online menekankan pada kreativitas yaitu penggunaan daya khayal yang melampaui batas analisi fakta yang rasional seperti melalui pembuatan blog, diskusi dalam merancang modul performa serta dalam perencanaan komunikasi karyawisata. Meningkatkan keikutsertaan dalam keterlibatan perencaan performa pada masing-masing kelompok.
Kelebihan :
- Setiap peserta bebas mengemukakan pendapat berkaitan topik pembahasan di dalam diskusi terbuka tersebut.
- Pengambilan keputusan diskusi merupakan persetujuan dan pendapat seluruh anggota peserta diskusi.
- Arah tugas seluruh peserta diskusi berkaitan tugas pokok, perencanaan rincian kegiatan kelompok performa, proses pelaksanaan tugas dan seluruh tugas yang berkaitan dengan perencaan pengumpulan dan kegiatan perkuliahan diputuskan didiskusi bersama tersebut dengan harapan ketika seluruh perencanaan dan keputusan itu berasal dari diri sendiri diharapkan penerapan perencanaan tugas tersebut dilaksanakan semaksimal mungkin dan tepat waktu.
- Peserta diskusi dituntun untuk lebih aktif, kritis dengan cara belajar, dan sumber belajar yang dipilih sendiri.
- Terdapat feedback yang diperoleh dari hasil tugas.
Kelemahan :
- Penyusunan perencanaan pertemuan diskusi hingga kehadiran seluruh peserta memiliki banyak hambatan sehingga tidak seluruh peserta diskusi dapat berpartisipasi.
- Tidak terdapat pemimpin diskusi yang ahli dalam menjaga kelancaran mengemukakan pendapat dalam diskusi.
- Ketidakseragamaan situasi diskusi online menyebabkan tidak seluruh peserta yang ikut berpartisipasi mengemukakan pendapatnya di dalam forum diskusi.
- Masalah yang berkaitan dengan tugas performa tidak dapat dimasukkan dalam forum diskusi karena memiliki topik performa yang berbeda-beda.
- Keterbatasan dalam mengemukakan pendapat secara langsung terkadang dialami karena diskusi yang dilakukan secara online.
Performa karyawisata, akan dilaksanakan pada tanggal 15 April 2010, bertempat di Papapron’s Pizza dengan jumlah peserta 15 orang. Dengan diadakan karyawisata di Paparon’s pizza diharapkan peserta belajar metode karyawisata dapat memiliki gambaran metode pendidikan orang dewasa khususnya metode karyawisata, mengetahui dan mempelajari proses pembuatan pizza, untuk penyegaran pikiran dengan cara belajar menyenangkan dan belajar suatu hal yang baru, serta untuk meningkatkan kreatifitas dan wawasan dalam belajar membuat Pizza dengan kreasi sendiri.
Untuk dapat memperlancar pelaksanaan dan kesuksesan kegiatan metode belajar karyawisata dibutuhkan dukungan baik moril dengan keikutsertaan seluruh peserta dan dukungan materi yaitu dana sejumlah 22000 per orang untuk biaya sertifikat dan bahan pengganti bahan pembuatan pizza.
Pada awal pembuatan blog, saya mencari tahu bagaimana cara pembuatannya dari banyak sumber mulai dari bertanya dengan teman hingga searching di google. Saya menemukan banyak sumber belajar, tetapi bukan berarti memiliki sedikit rintangan dalam pengerjaannya.
Karena saya merasa telah memperoleh banyak sumber, saya tidak begitu tertantang untuk langsung membuat dan mendesign blog. Namun, ketika saya telah mulai mengerjakannya saya baru menyadari pembuatan dan khususnya dalam mendesign blog tidak semudah yang saya banyangkan sebelumnya. Banyak rintangan dalam belajar meskipun banyak sumber yang tersedia.
Hal pertama, pembelajaran yang dapat saya ambil dari pengalaman saya itu adalah begitu banyaknya ketersediaan sumber belajar yang tersedia tidak akan berarti jika kita tidak memulai, mencoba, melaksanakan, mengeksplor dan mengembangakan sumber belajar tersebut sendiri.
Hal kedua, memulai untuk ingin tahu adalah awal belajar yang sesungguhnya. Dan terus mencoba adalah proses belajar yang sebenarnya. Belajar adalah proses bukan semata-mata hasil yang tampak. Hal ketiga, diawali dengan pembuatan dan pengelolaan blog tidak hanya sebatas pembelajaran andragogi, tetapi saya juga dapat terus mengelola blog dengan mengisi materi-materi lain yang dapat dibagikan dengan orang lain . Keempat, melalui keterlibatan saya dalam pembuatan blog saya menjadi terlibat langsung dalam pencapaian tujuan operasional Mk. Andragogi. Kelima, setiap hasil tugas yang saya peroleh memberikan nilai tersendiri bagi saya, atas kerja tangan saya sendiri. Keenam, dan ternyata masih banyak cara belajaran yang menyenangkan yang dapat dilakukan untuk dapat mencapai tujuan belajar.
3 comments:
(UAS) 1. Ruth, coba uraikan berdasarkan perspektif teoritis belajar orang dewasa sehubungan dinamika performa karya wisata ide kelompok ke paparons kemarin.
Ditinjau dari perspektif teoritis Carl Roger. Fokus pada interaksi personal antara sumber belajar dengan kami mahasiswa sebagai pembelajar. Sesuai dengan pemaparan mengenai Client Centered Therapy, bertumpu pada premis dasar bahwa setiap manusia memiliki kemampuan untuk memecahkan masalahnya sendiri, mengarahkan upaya rehabilitasi masalahnya sendiri, dan pembelajar sendirilah yang menjadi pusat dalam belajar. Menurut Carl Roger, belajar adalah pengalaman dalam belajar itu sendiri. sumber belajar hanya sekedar membantu memudahkan pelajar menemukan kebutuhan belajar yang bermakna baginya, namun peranannya tidak lepas bagi pelajar.
Ditinjau dari teori diatas, mulai dari pemilihan metode yang akan dilaksanakan, pemilihan ide untuk karyawisata, mempersiapkan kebutuhan performa karyawisata, pelaksanaan hingga usai berlangsungnya performa semua ditanggungjawabi oleh kami kelompok penyaji. Ibu Filia Dina sebagai dosen pengampu, memberikan kami fasilitas untuk menentukan kebutuhan belajar yang sesuai dengan apa yang kami butuhkan, dimana ibu memberikan kami kebebasan untuk memilih tanggung jawab yang akan kami laksanakan.
Dalam proses pemilihan tempat, kami memberikan pilihan kepada peserta karyawisata untuk memilih tempat yang sesuai dengan kebutuhan dan minat peserta, sehinggan dalam pelaksanaanya peserta karyawisata dapat berpartisipasi dalam proses belajar dan mendukung seluruh kebutuhan yang diperlukan dalam pelaksanaan seperti materi dan kehadiaran dalam pelaksaan. Dalam setiap tahapan proses persiapan banyak pengalaman yang kami peroleh, saya contohkan saja ketika waktu pelaksanaan karyawisata diundur karena terjadinya mis-communication antara penyaji dan penyedia tempat dalam hal ini manajer Paparon’s. Disini Ibu, memberikan bantuan pengarahan dalam penyelesaian masalah dengan PD II, dan tetap memberikan kepercayaan kepada kami kelompok penyaji untuk menyelesaikan masalah ini dengan pihak Paparon’s. hingga akhinya performa dapat dilaksanakan meskipun telah terjadi pembatalan sebelumnya.
Dalam persiapan dan pelaksanaan performa karyawisata, pengalaman-pengalaman yang kami alami memberikan pembelajaran tersendiri bagi kami kelompok penyaji dan menyadari kemampuan yang kami miliki dan mengetahui apa saja yang seharusnya kami lakukan dan antisipasi jika di kemudian hari kami memiliki tanggung jawab yang sama. Antar anggota kelompok penyaji sendiri seharusnya memiliki komunikasi dan interaksi personal yang sangat baik.
Berdasarkan Asumsi Dasar dan Implikasinya terhadap Belajar (Yusnadi), mengacu pada pandangan Knowles, Merjen dan Jarvis, menyatakan bahwa Andragogi merupakan teknologi keterlibatan ego, yang berarti bahwa keberhasilan dalam pembelajaran orang dewasa terletak pada keterlibatan ego mereka dalam proses pembelajarannya. Sigmund Freud menyatakan bahwa manusia memiliki tiga level awareness, yaitu id, ego dan superego. Id merupakan unconscious mind yang bekerja berdasarkan prinsip pleasure, primary process dan thinking. Superego merupakan conscious mind yang bekerja berdasarkan prinsip moral yang berorientasi pada dunia luar self. Sedangan ego merupakan preconscious mind yang bekerja pada prisip reality dan proses thinking.
Ego memfasilitasi id (kepuasan) dan nilai moral sosial (superego) yang pada akhirnya menentukan bagaimana perilaku dan sikap kita sebagai pembelajar seumur hidup.
Saya memfokuskan pada pemaparan Yusnadi mengenai asumsi berdasarkan ‘Konsep Diri’ dan ‘Pengalaman’, disana dinyatakan bahwa orang dewasa memerlukan perlakukan yang sifatnya mengahargai, khususnya dalam pengambilan keputusan. Orang dewasa juga akan menolak suatu situasi belajar yang kondisinya bertentangan dengan konsep diri yang mereka miliki. Dan dalam situasi belajar, orang dewasa akan melakukan proses belajar dengan penuh keterlibatan diri secara mendalam dan yang terpenting orang dewasa melakukan belajar sesuai dengan kemauannya sendiri (pengarahan diri).
Sedangkan berdasarkan pada asumsi ‘Pengalaman’ , pembelajaran ditekankan pada pengalaman, orang dewasa belajar bagaimana memikul tanggung jawab terhadap belajarnya sendiri melalui penemuan sendiri, tanpa diarahkan orang lain untuk belajar atau memenuhi tanggung jawab yang orang dewasa miliki.
Berdasarkan pemaparan diatas, menurut saya alasan ibu memperpanjang toleransi penyelesaian UAS no 2. ini yaitu untuk melihat bagaimana kami sebagai mahasiswa menyelesaikan tanggung jawab kami untuk mengerjakan soal yang diberikan. Kita tahu berdasarkan jadwal ujian, andragogi diadakan pada tanggal 11 juni 2010, namun kita mengganti cara ujian dengan cara lain. Dan kita juga tahu sebagian besar ujian telah selesai pada hari kamis, disini kita dapat melihat bagaimana seorang mahasiswa dapat menggunakan waktunya untuk dapat bertanggung jawab atas pembelajaran yang sedang dilakukannya. Mungkin kita dapat menggunakan waktu toleransi yang ibu berikan dengan mengisi waktu luang untuk istirahat sejenak seusai UAS, dan kemudian sehari sebelum batas toleransi kita baru menjawab soal yang ibu berikan. Sebagai pembelajar dewasa, kita memang memiliki kebebasan dalam mengarahakan diri dalam menggunakan waktu untuk belajar, namun bukan berarti pula kita menggunakan waktu toleransi yang ada untuk menunda menyelesaikan tanggung jawab. Sebaiknya kita menggunakan ego kita untuk dapat mengambil keputusan untuk dapat menyelesaikan seluruh tugas dengan waktu yang tersedia sebaik mungkin. Namun bukan berarti kita menunda menyelesaikannya ketika waktu toleransi itudiberikan.
Demikian yang dapat saya paparkan. Terima Kasih
Post a Comment