Pertanyaan yang sering muncul
“Ma, dada papa kok nggak besar kayak punya mama?”
“Ma, kok adek bisa ada di dalam perut mama?”
“Ma, nanti adek keluarnya dari mana?”
“Ma, kok ‘pipit’ aku berdarah?”
“Ma, kondom itu apa?”
“Ma, apa yang bisa buat orang hamil?”
Mengapa pendidikan seks perlu diberikan sejak dini?
Sejak anak-anak sebenarnya ketertarikan dan keingintahuan anak mengenai seksualitas sudah muncul. Seperti yang diungkapkan oleh Freud, anak usia 3 sampai 5 tahun berada pada tahap psikoseksual phalic. Pada tahap ini, bagian tubuh yang menjadi pusat kenikmatan adalah alat kelamin, dan energy berpusat pada daerah tersebut. Tidak heran bila pada usia ini anak sering memainkan alat kelaminnya atau member perhatian lebih pada alat kelaminnya. Pada masa inilah biasanya anak mulai menunjukkan keingintahuannya mengenai seksualitas dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti yang diungkapkan di atas. Biasanya, jika pertanyaan-pertanyaan tersebut muncul, orangtua akan kelabakan menjawabnya. Tidak jarang pula orangtua malah memberikan jawaban asal-asalan. Ini dilakukan karena kebanyakan orangtua masih menganggap bahwa seksualitas merupakan hal yang tabu untuk dibicarakan dengan anak, apalgi pada usia anak-anak. Ini mungkin saja bisa dilakukan saat anak-anak mereka masih berada pada usia anak-anak. Namun, jika mereka sudah mencapai masa remaja, apakah hal tersebut masih bisa dilakukan?
Pada masa remaja, tahap perkembangan psikoseksual kembali berorientasi paada alat kelamin, yaitu tahap genital. Pada masa ini, energy kembali berpusat pada alat kelamin. Namun, pada tahap ini ketertarikan pada seksualitas mulai ditunjukkan dengan ketertarikan pada lawan jenis. Sesuai pula dengan tugas perkembangannya, pada usia ini remaja diharapkan mampu membentuk hubungan baru dan lebih matang dengan lawan jenis. Kedua karakteristik ini mendorong remaja untuk mencari berbagai informasi mengenai seksualitas. Pencarian informasi ini menjadi berbahaya bila tidak berasal dari sumber yang tepat, karena sekaligus masa remaja merupakan masa ‘coba-coba’ disertai dengan superego yang belum matang. Remaja membutuhkan surrogate superego untuk membantu mengarahkan perilakunya sebelum mereka mencapai kematangan superego. Ketidaktersediaan surrogate superego yang baik dapat mengakibatkan remaja mengakses informasi yang salah. Apalagi mengingat perkembangan jaman yang sangat pesat. Remaja dapat mengakses semua hal yang berhubungan dengan seksualitas dengan mudah melalui internet, yang belum tentu dapat mereka pahami dengan benar. Oleh karena itu, surrogate superego yang baik haruslah tersedia. Remaja sebenarnya lebih menginginkan seorang teman untuk menjadi pendamping mereka, namun kita ketahui mayoritas teman mereka pastilah dalam rentang usia yang sama pula (remaja), dengan karakteristik yang tidak jauh berbeda. Dalam hal ini, yang paling tepat menjadi surrogate superego adalah orangtua. Orangtua dapat menjadi surrogate superego seperti yang diinginkan oleh anak dengan cara memberikan pendidikan seksual dengan tidak terkesan menggurui tetapi lebih seperti sharing.
Oleh karena itu, bukanlah sesuatu yang salah jika para orangtua mulai membicarakan sesuatu yang berhubungan dengan seksualitas dengan anak mereka. Ini bukan hanya baik untuk para remaja, tetapi akan lebih baik lagi jika pembicaraan mengenai seksualitas dimulai sejak masa anak-anak. Pembicaraan mengenai seksualitas bukan hanya mengenai hubungan seksual dengan lawan jenis, tetapi bisa dimulai dengan memperkenalkan organ seksual beserta fungsi dan cara merawatnya pada anak usia anak akhir, karena sebenarnya pada usia anak akhir ini, salah satu isi pembicaraan mereka adalah seksualitas, organ seks dan fungsinya.
Pendidikan seks dini yang dapat diberikan
Pendidikan seks didefinisikan sebagai pemahaman mengenai anatomi tubuh agar dapat dilanjutkan pada reproduksi seksual dan peran yang harus dijalankan. (http://www.frisianflag.com/id/ruang-media/liputan-media/4744-yuk-berikan-pendidikan-seks-pada-anak-sejak-dini)
Para psikolog menganjurkan agar sedini mungkin, anak-anak mulai mengenal dan di perkenalkan dengan pendidikan seks yang sesuai dengan tahap perkembangan kedewasaannya. Berikut adalah tahapannnya:
Usia balita (1-5 tahun)
Pada usia ini, orangtua dapat memperkenalkan organ seks yang di miliki seperti menjelaskan anggota tubuh lainnya, termasuk menjelaskan fungsi serta cara melindunginnya.
- Gunakan boneka dengan bagian tubuh lengkap atau lakukan ketika memandikan anak
- Jelaskan fungsi-fungsi bagian tubuh, dimulai dari bagian tubuh yang umum, misalnya
“Ini tangan adek, tangan ini bisa adek gunain buat mengambil mainan atau buat pegang sendok kalau adek makan”, lalu bisa dilanjutkan ke bagian-bagian tubuh yang berkaitan dengan seksualitas, misalnya “ini namanya payudara, atau yang biasa adek bilang ‘nenen’, nah adek kan perempuan, kalau adek udah besar kayak mama nenen adek juga besar dan bisa keluarin air susu, tapi kalau punya abang atau punya papa nggak bisa besar dan keluarin air susu, karena papa dan abang laki-laki, bukan perempuan”.
- Jelaskan juga bahwa anak harus mulai dapat merawat dan menjaga bagian-bagian tubuh yang penting, khususnya yang berkaitan dengan fungsi seksual. Misalnya, “ nah, semua bagian-bagian yang udah mama jelasin tadi harus selalu bersih supaya adek nggak sakit. Jadi adek harus rajin mandi, dan kalau mandi digodok semua badannya pake sabun. Terus, supaya adek tetap sehat juga, adek harus jagain badan adek. Caranya, jangan biarin orang lain yang adek nggak kenal pegang-pegang badan adek, apalagi kalau pegang ini dan ini (tunjukkan bagian payudara dan alat kelamin anak). Kalau ada yang pegang-pegang, adek teriak aja panggil mama.”
Usia sekolah (6-10 tahun)
Pada usia ini, tujuannya adalah agar anak memahami perbedaan jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) menginformasikan asal-usul manusia memberikan alat genital dengan benar agar terhindar dari kuman penyakit.
Dapat dilakukan pada waktu santai sebagai bahan obrolan dengan anak
- Jelaskan bahwa Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan dengan bentuk yang berbeda. Misalnya, “Ibu guru pernah bilang nggak siapa yang ciptain kita semua? Ya, yang menciptakan mama, papa, adek, abang (jika ada) adalah Tuhan. Nah, Tuhan menciptakan manusia itu ada yang laki-laki, seperti papa (dapat digantikan dengan menyebutkan salah satu teman laki-lakinya), dan ada yang perempuan seperti mama. Adek lihat papa sama mama beda nggak? Ya, papa rambutnya pendek, papa nggak pernah pake rok kayak mama. Papa dan mama berbeda jenis kelamin, papa itu laki-laki, dan mama perempuan. Nah kalau adek masi ingat, ini namanya apa (menunjuk alat kelamin anak)? (setelah anak menyebutkan, atau orangtua dapat menyebutkan kembali bila anak lupa) punya adek sama punya papa/mama beda. (tunjukkan gambar alat kelamin yang berlawanan dengan alat kelamin anak). Tuhan menciptakan ini (tunjukkan gambar alat kelamin pria) untuk laki-laki dan ini (tunjukkan gambar alat kelamin wanita) untuk perempuan.”
- Pada usia ini, orangtua juga dapat menjelaskan bagaimana anak dapat berada di dunia (dapat juga mulai dijelaskan ketika anak bertanya “ma, aku keluarnya darimana?”).
Misalnya, “Yang menciptakan bumi, tanah, pohon, hewan, dan manusia adalah Tuhan. Nah, Tuhan awalnya menitipkan adek di perut mama (bisa juga menunjukkan perut ibu hamil). Tuhan menitipkannya karena mama udah menikah dengan papa, dan karena mama sayang sama papa, papa juga sayang sama mama. Tapi, Tuhan nitipin adek hanya di perut mama, bukan papa, karena mama adalah perempuan. Itu juga salah satu perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Adek ada di perut mama selama sembilan bulan, terus adek keluarnya dari sini (menunjuk alat kelamin ibu).” Bila anak perempuan terlihat bingung, orangtua dapat menambahkan “Kalau udah besar dan udah menikah, punya adek juga bisa keluarin adek bayi, tapi harus dibantuin dokter.” Bila anak laki-laki terlihat bingung, “Punya abang nggak bisa, karena abang laki-laki. Tugas abang bukan melahirkan.”
Usia menjelang remaja
Pada usia ini, orangtua dapat menjelaskan dan menerangkan masa pubertas juga karakteristiknya agar anak dapat menerima perubahan dari bentuk tubuhnya.
- Dapat dilakukan ketika duduk atau tiduran santai dengan anak, lakukan seperti ngobrol santai biasa, jangan terkesan menggurui. Obrolan dapat dimulai dari topik-topik umum, atau meminta anak menceritakan hal-hal di sekolahnya. Orangtua juga bisa mengajukan pertanyaan seperti “Sekarang kamu umur berapa ya?”
- Jelaskan tentang menstruasi dan mimpi basah, serta karakteristik yang menyertainya. Misalnya, untuk anak perempuan, “Sekarang kamu udah besar, udah semakin mirip mama, kamu lihat kan semakin lama payudara kamu semakin besar. Nggak usah takut, semua perempuan juga ngalami hal yang sama. Panggul kamu juga akan semakin besar. Itu memang cirri-ciri perempuan yang sudah besar. Sebentar lagi juga akan tumbuh rambut-rambut di bagian tertentu, seperti di ketiak kamu dan daerah vagina kamu. Kalau semua itu sudah terjadi, kamu dikatakan sudah puber. Nanti suatu saat, kamu juga akan mengalami menstruasi, yaitu keluar darah dari vagina kamu. Jangan takut, semua teman-teman kamu juga akan mengalami hal yang sama. Kamu bisa bilang ke mama, nanti mama kasi pembalut, biar darah kamu yang keluar nggak berceceran, hahaha.” Ingat, obrolan dilakukan sesantai mungkin, karena anak pada usia ini sangat malas mendengarkan wejangan orangtua. Begitu juga dengan anak laki-laki. “ sekarang kamu udah semakin besar ya, semakin mirip papa. Nah semakin kamu besar maka alat kelamin kamu akan semakin besar. Nanti juga akan tumbuh rambut di sekitarnya, juga di tempat-tempat lain, seperti ketiak, di atas mulut (kumis), dan janggut. Kalau kamu nggak mau punya kumis atau janggut, bisa dicukur kok, pisau mama tajam semua tuh di dapur, hahaha. Nanti kamu juga akan ngalami mimpi basah. Kamu tahu apa itu mimpi basah? Mimpi basah itu, kamu mimpi berhubungan seksual terus alat kelamin kamu akan mengeluarkan cairan yang disebut sperma, yang buat celana kamu jadi basah. Jadi, kamu nggak usah itu ikut-ikutan nonton film porno atau video porno di internet, kamu bakal tahu sendiri nanti gimana, sabar aja, hahahaha. Kamu nggak perlu takut, kamu bisa cerita ke mama atau papa kalau kamu udah mimpi basah. Nanti mama atau papa akan cerita lebih banyak lagi.”
Usia remaja
Orangtua dapat memberi penjelasan mengenai prilaku seks yang merugikan(seperti seks bebas) menanamkan moral dan prinsip "SAY NO" untuk seks pra nikah serta membangun penerimaan terhadap diri sendiri.
- Sama seperti usia sebelumnya, pada usia ini, orangtua dianggap musuh oleh anak. Jadi, lebih baik sejak awal bangun hubungan yang positif dengan anak.
- Pendidikan seks di usia ini dapat dimulai dengan menceritakan hal-hal yang terjadi di sekitar yang berhubungan dengan seksualitas.
- Jangan terkesan menggurui, tapi ciptakan suasana sharing dengan anak.
- Untuk anak perempuan, dapat dimulai dengan pertanyaan “ Oya gimana haid kamu? Lancar tiap bulannya? Ngerasa sakit nggak? Kalau sakit di hari-hari pertama itu wajar, mama juga kayak gitu kok. Di sekolah udah diajarin belum tentang siklus haid? Jadi sebenarnya kalau perempuan itu kan menghasilkan sel telur kalau kita udah besar, kayak kamu ini. Kalau sel telur itu tidak dibuahi, maka sel telur itu akan luruh dan jadilah haid. Sel telur itu akan dibuahioleh sperma laki-laki, tapi itu hanya boleh kalau sudah menikah. Karena kalau sel telur sudah dibuahi dengan sperma, maka akan terbentuk calon bayi. Pembuahan itu terjadi kalau penis laki-laki masuk ke vagina perempuan. Kamu tahu kan repotnya menjadi ibu hamil? Coba kamu bayangkan kalau itu terjadi ketika kamu masih sekolah. Ahh, kalau mama tidak sanggup membayangkan betapa repotnya. Lain lagi kalau sudah menikah. Rasanya kalau hamil itu malah bahagia sekali kalau sudah menikah.” Orangtua dapat menceritakan pengalamannya ketika hamil si anak.
- Anak laki-laki biasanya lebih malu menceritakan pengalaman seksualnya dengan orangtua. Tetapi orangtua dapat memancingnya dengan pertanyaan-pertanyaan menggoda. Misalnya, “ Eh, kamu kemarin mimpi basah ya? Kok celana kamu yang mama cuci basah? Hahahaha. Kalau kamu sudah mimpi basah, berarti kamu udah besar, udah bisa jadi papa. Kenapa mama bilang gitu? Iya, kalau kamu sudah mimpi basah, berarti kamu sudah menghasilkan sperma. Nah kalau sperma itu bertemu dengan sel telur perempun lewat hubungan seksual, perempuan itu bisa hamil. Tapi, jangan salah, jadi papa tugasnya bukan cuma keluarin sperma aja, hahaha. Kalau mau jadi papa, kamu harus udah bisa cari duit sendiri buat makan anak kamu nantinya. Kamu juga harus udah punya rumah buat tinggal anak kamu. Repot kan? Makanya jangan coba-coba ngelakuin yang nggak-nggak sama anak perempuan, yang ada kamu yang repot sendiri”.
Manfaat Pendidikan seks dini
· Menghindarkan anak dari resiko negative perilaku seksual
· Mengurangi resiko terjadinya kasus pelecehan seksual, kekerasan seksual, atau manipulasi seksual
· Mengurangi tingkat penderita HIV dan penyakit seksual menular lainnya